Blue Fire Pointer contoh makalah perbedaan ilmu pengetahuan dan filsafat | Torehan Ivan
PENINJAUAN IVAN ANDRI. Diberdayakan oleh Blogger.
Pictures">Cartoons Comments Pictures

Kamis, 24 April 2014

contoh makalah perbedaan ilmu pengetahuan dan filsafat


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Filsafat berasal dari kata Pilos (cinta), Sophos (kebijaksanaan), tahu dengan mendalam, hikmah. Filsafat menurut term : ingin tahu dengan mendalam (cinta pada kebijaksanaan) Menurut Ciceros (106-43 SM), penulis Romawi orang yang pertama memakai kata-kata filsafat adalah Phytagoras (497 SM), sebagai reaksi terhadap cendikiawan pada masanya yang menamakan dirinya ”Ahli pengetahuan”, Phytagoras mengatakan bahwa pengetahuan dalam artinya yang lengkap tidak sesuai untuk manusia. Setiap orang yang mengalami kesukaran-kesukaran dalam memperolehnya dan meskipun menghabiskan seluruh umurnya, namun ia tidak akan mencapai tepinya. Jadi pengetahuan adalah perkara yang kita cari dan kita ambil sebagian darinya tanpa mencakup keseluruhannya. Oleh karena itu, maka kita bukan ahli pengetahuan, melainkan pencari dan pencinta pengetahuan
Menurut Prof, I.R. PUDJAWIJATNA menerangkan juga ”Filo”artinya cinta dalam arti seluas-luasnya yaitu ingin dan karena ingin itu selalu berusaha mencapai yang diinginkannya . ”Sofia artinya kebijaksanaan artinya pandai, mengerti dengan mendalam. Syekh Mustafa abdurraziq, setelah meneliti pemakaian kata-kata filsafat dikalangan muslim, maka berkesimpulan bahwa kata-kata hikmah dan hakim dalam bahasa arab dipakai dalam arti ”filsafat dan filosof” dan sebaliknya, mereka mengatakan hukama-ul-islam atau Falasifatul-islam. Hikmah adalah perkara tertinggi yang bisa dicapai oleh manusia dengan melalui alat-alat tertentu, yaitu akal dan metode-metode berfikirnya. Allah berfirman : QS Albaqorah (2) : 269 : Allah memberikan hikmah kepada orang yang dikehendaki-Nya dan siapa yang diberikan hikmat, Maka ia telah diberi kebaikan yang banyak sekali
Datangnya hikmah bukan dari penglihatan saja, tetapi juga dari penglihatan dan hati, atau dengan kata lain , dengan mata hati dan pikiran yang tertuju kepada alam yang ada disekeling kita, banyak orang yang melihat tetapi tidak memperhatikan, karena itu Allah mengajak kita untuk melihat dan berfikir: QS Adz Dzariyat (51) 20 21 Allah berfirman :” Pada bumi ada tanda-tanda (kebesaran Tuhan ) bagi orang yang yakin, apakah kamu tidak mengetahui.
Konon orang pertama yang menggunakan akal secara serius adalah Thales (Bapak filsafat) gelar ini diterima karena ia mengajukan pertanyaan :”Apakah sebenarnya bahan alam semesta ini? Ia menjawab ”Air” setelah itu silih berganti filisof zaman itu dan sesudah itu mengajukan jawaban. Ada yang menjawab (1) Anaximandros (To Apeiron = asas pertama, tak terbatas), (2) Anaximenes (udara) ,(3) Phytagoras (Bilangan, jiwa kekal) .(4) Zeno realitas yang ada., Dari Thales sampai Zeno menganut paham Monisme (kenyataan seluruh bersifat satu). Sedangkan dari Empedos hingga Demokritos bersifat berlawanan dengan Monisme. (5) Empedokles menyatakan (6) anasir /Rizomata: air , udara., api, tanah. (7) socrates (Kebenaran objektif) , (8) Plato ( idea) (9) aristoteles (penggerak pertama /a first cause or motion).

1.2 Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut;
1.      Bagaimana pengertian filsafat?
2.      Bagaimana pengertian ilmu pengetahuan?
3.      Bagaimana perbedaan dan persamaan antara filsafat dan ilmu pengetahuan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian filsafat
2. Untuk mengetahui pengertian ilmu pengetahuan
3. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan filsafat dan ilmu pengetahhuan.

1.4 Manfaat
1. Memberikan pemahaman tentang filsafat
2. Memberikan pemahaman tentang ilmu pengetahuan
3. Memberikan pemahaman  persamaan dan perbedaan filsafat dan ilmu pengetahuan.












BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN FILSAFAT
Orang yang berfilsafat dapat diumpamakan sepertii seseorang yang berpijak di bumi sedang tengadah ke bintang-bintang, ia ingin mengetahui hakikat dirinya dalam kesemestaan alam, Karakteristiknya berfikir filsafat yang pertama adalah menyeluruh, yang kedua mendasar. Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran/ rasio belaka.
a.  Menurut Harun Nasution filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tak terikat tradisi, dogma atau agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan
b.  Menurut Plato( 427-347 SM) filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada
c.  Aristoteles (384-322 SM) yang merupakan murid Plato menyatakan filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda.
d.  Marcus Tullius Cicero (106 – 43 SM) mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha untuk mencapainya.
e.  Al Farabi (wafat 950 M) filsuf muslim terbesar sebelum Ibn Sina menyatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakekat yang sebenarnya.
f.  Immanuel kant (1724 – 1804) menyatakan bahwa filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup didalamnya 4 persoalan : yaitu (1) apakah yang dapat kita ketahui (dijawab dengan Metafisika) ,(2) Apakah yang boleh kita kerjakan (dijawab dengan etika), (3) Sampai dimanakah pengharapan kita (dijawab dengan agama) (4) Apakah yang dinamakan manusia (dijawab dengan antropologi)
g.  Harold H.Titusmengemukakan 4 pengertian filsafat. adalah :
(1) satu sikap tentang hidup dan tentang alam semesta(Philosophy is an attitude toward life and the universe)
(2) Filsafat adalah satu metode pemikiran reflektif dan penyelidikan Akliah(Philosophy is a method of reflective thinking and reasoned inquired)
(3) Filsafat adalah satu perangkat masalah ( philosophy is a group pf problems)
(4) Fissafat ialah satu perangkat teori atau isi pikiran (philosophy is a group of system of thouhg. .
h. Prof. Dr. Fuad Hassan guru besar psikologi universitas indonesia menyimpulkan bahwa filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berfikir radikal dalam arti mulai dari radix suatu gejala dari akar suatu hal yang hendak dimasalahkan, dan dengan jalan penjajagan yang radikal filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan- kesimpulan yang universal
h.  Al- Farabimengatakan bahwa filsafat adalah mengetahui semua yang wujud karena ia wujud.(al-ilm bil maujudat bimahiya maujudah). Tujuan terpenting mempelajari filsafat adalah mengetahui tuhan, bahwa ia esa dan tidak bergerak, bahwa ia memjadi sebab yang aktif bagi semua yang ada , bahwa ia mengatur alam ini dengan kemurahan, kebijaksanaan dan keadilan-Nya, Seorang filosof atau al hakim adalah orang yang mempunyai pengetahuan tentang zat yang ada dengan sendirinya (al-wajibli-dzatihi), Wujud selain Allah , yaitu mahluk adalah wujud yang tidak sempurna.
i.  Ikwanushafa bagi golongan ini, filsafat itu bertingkat-tingkat , pertama cinta kepada ilmu, kemudian mengetahui hakikat wujud-wujud, menurut kesanggupan manusia dan yang terakhir ialah berkata dan berbuat sesuai ilmum mengenai lapangan filsafat diketahui ada 4 yaitu matematika, logika, fisika dan ilmu ketuhanan. Sedang ilmu ketuhanan mempunyai bagian:1. mengenal Tuhan, 2 ilmu kerohanian yaitu malaikat, 3. ilmu kejiwaan 4. Ilmu politik (politik kenabian, politij pemerintahan, politik umum, politik khusus) 5. ilmu akherat. .
j.  IBNUSINA Pembagian filsafat bagi Ibnu sina pada pokoknya tidak berbeda dengan pembagian yang sebelumnya, filsafat teori dan filsafat amalan. Filsafat ketuhanan menurut Ibnu Sina adalah: 1. ilmu tentang turunnya wahyu dan mahluk-mahluk rohani yang membawa wahyu itu, dengan demikian pula bagaimana cara wahyu itu disampaikan, dati sesuatu yang bersifat rohani kepada sesuatu yang dapat dilihat dan didengar. 2. ilmu akherat (Ma’ad) antara lain memperkenalkan kepada kita bahwa manusia ini tidak dihidupkan lagi badannya, maka rohnya yang abadi itu akan mengalami siksa dan kesenangan.
k.  AL-KINDI,diikalangan kaum muslimin , orang yang pertama memberikan pengertian filsafat dan lapangannya adalah Al-kindi, ia membagi filsafat 3 bagian :(1)Thibiyyat (ilmu fisika) sebagi sesuatu yang berbenda (2) al-ilm-ur-riyadli (matematika) terdiri dari ilmu hitung , tehnik, astronomi, dan musik, berhubungan dengan benda tapi punya wujud sendiri, dan yang tertinggi adalah (3) ilm ur-Rububiyyah (ilmu ketuhanan)/ tidak berhubungan dengan benda sama sekali.




2.2 OBYEK FILSAFAT
1.  OBYEK MATERIA FILSAFAT
Ialah segala sesuatu yang menjadi masalah filsafat , segala sesuatu yang dimasalahkan oleh atau dalam filsafat. Tiga persoalan pokok (1) hakikat tuhan, (2) hakikat Alam dam (3) hakikat manusia
2.  OBYEK FORMAL FILSAFAT, ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai keakarnya) tentang obyek materi filsafat

2.3 CABANG- CABANG FILSAFAT
(1) Epistemologi (filsafat pengetahuan)
(2) Etika (Filsafat Moral)
(3) Estetika (filsafat Seni)
(4) Matafisika
(5) Politik (Filsafat pemerintahan)
(6) Filsafat Agama
(7) Filsafat ilmu
(8) Filsafat Pendidikan
(9) Filsafat Hukum
10 Filsafat Sejarah
11 Filsafat matematika

2.4 MOTIVASI TIMBULNYA FILSAFAT
1.  Dongeng , tahayyul (mite) ada yang kritis ingin tahu kebenaran mite itu (jaman awal Yunani)
2.  Keindahan Makroskosmos , ingin tahu rahasia alam. Ketakjuban sikap lahir dalam bentuk bertanya kebenaran/pertanyaan menjadi serius dan penyelidikan yang (bukan sembarangan pertanyaan sistematis àfilosof Ultimate Question : contoh Thales ” what is the nature of the world stuff?” (-) water is the basic principle of the universe (+)
3.     Penyebab timbulnya pertanyaan adalah kesangsian Sangsi (ragu) : percaya, sangsi, tidak percayà pikiran akan bekerja pikiran membentur-bentur menggelisahkan (problema).




2.5 PENGERTIAN ILMU PENGETAHUAN
Bicara pengetahuan maka kita akan bicara tentang penalaran, kemampuan penalaran manusia menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan yang merupakan rahasia kekuasaan-kekuasaannya. Manusia satu-satunya mahluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh, Binatang hanya terbatas mempunyai pengetahuan untuk kelangsungan hidupnya saja (survival). Hakikat penalaran merupakan suatu proses berfikir dalam menarik kesimpulan yang berupa pengetahuan. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berfikir dan bukan karena perasaan, meskipun kata pascal, hatipun mempunyai logika sendiri.
Sebagai sebuah kegiatan berfikir maka penalaran mempunyai ciri-ciri, pertama logika , ialah suatu pola berfikir yang secara luas. Dengan pola yang bersifat Jamak (plural) dan bukan tunggal (singular). Kedua ciri penalaran adalah bersifat analitik proses berfikir ( berfikir yang menyandarkan kepada suatu analisis dan kerangka berfikir yang digunakan untuk analisis).

2.6 PENGERTIAN ILMU
Ilmu berasal dari kata ”alima(bahasa arab) yang berarti tahu, jadi ilmu maupun science secara etimologis berarti pengetahuan. Scienceberasal dari kata scio, scire (bahasa latin yang artinnya tahu). Secara terminologis ilmu dan science punya pengertian yang sama yaitu pengetahuan. yang punya ciri-ciri: Ralfh Ross dan ernest Van Den Haag menulis bahwa ilmu itu empirical, rasional, yang umum dan bertimbun bersusun dan ke empatnya serentak.(endang hal 45). Mohamad hatta menuliskan : tiap-tiap ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam satu golongan masalah yang sama tabit maupun kedudukannya tampak dari luar. Maupun menurut bangunannya dari dalam.
Prof. Drs Harsojo, Guru besar antropologi di universitas Pajajaran menerangkan bahwa ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang sistematis, suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati, oeh pancaindra. Suatu cara menganalisa yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proporsi bentuk Ilmu adalah hal-hal yang diketahui (keseluruhan dari kebenaran-kebenaran yang terkait antara satu dengan yang lainnya secara sistematis Ilmu menurut Ralp Ross ”science empirical , rational, general and cumulative and is all four once ( ilmu itu empiris , rasional, umum dan bertimbun bersusun dan semuanya serentak. Ilmu -sensation -Logika -verification empiric-hipotesis -proposition -teory -experiment .
Bagi ilmu tidak cukup perenungan dan pencaman (pendalaman berfikir saja) melainkan mesti berkembang melalui pencerapan indraan dan [engindraan (sensasion), pengumpulan dan perbandingan data, penilaian jumlah berupa perhitungan, penimbangan, pengukuran, meningkat dari data tentang hal-hal khusus pada yang khusus ( deduksi), menarik kias analogi antara peristiwa yang ada kesamaannya serta berfikir dengan menarik kesimpulan yang logical, yang dapat dipertanggung jawabkan oleh logika., Pengujian berupa pengalaman positif (verification) secara empiric ,ujian ini disebut percobaan (experiment). Percobaan harus bersifat obyektif yakni menghasilkan kesimpulan yang sama, meskipun dilakukan oleh berbagai kalangan. Praduga (hipotesis) hanyalah titik tolak pertama yang mesti diubah dan diganti kalau ternyata ada kekurangannya atau salah. Berdasarkan ujian yang keras dari pengalaman, setelah dinyatakan kebenarannya yang obyektif barulah sesuatu itu disebut dalil (proposition), kumpulan dalil itu disebut teori.

2.7 SIFAT-SIFAT ILMU
1.  RASIONAL: proses pemikiran yang berlangsung dalam ilmu itu harus dan hanya tunduk pada hukum-hukum logika.
2.  EMPIRIS : kesimpulan yang didapatnya harus dapat ditundukkan pada verifikasi pancaindra manusia.
3. SISTEMATIS : fakta yang relevan itu harus disusun dalam suatu kebulatan yang konsisten
4. UMUM : harus dapat dipelajari oleh setiap orang, tidak bersifat esoterik
5. AKUMULATIF : Kebenaran yang diperoleh selalu dapat dijadikan dasar untuk memperoleh kebenaran yang baru

2.8 METODE ILMU
·         Metode Ilmiah : prosedur yang ditempuh dalam mendapatkan ilmu
·         Metodologi : prosedur -logika-hipotesis-pembuktian
·         Logika : terdiri dari perumusan masalah : (1)latar belakang masalah ,(2)perumusan, (3) kerangka pemikiran
·         Hipotesis : (1) pengajuan hipotesis, (2) Observasi pembuktian (3) prosedur penelitian (4) Pengujian hipotesis (5) kesimpulan
Keterangan:
§  Logika : ialah suatu pola berfikir yang secara luas.
§  Hipotesa adalah teori sementara , masih mencari data dan melihat apakah teori sementara ini benar atau salah

2.9  TEORI TENTANG KEBENARAN
1.  Teori Konsistensi: teori kebenaran saling berhubungan koheren, (KEBENARAN RASIO). Perumusan : Phytagoras dikembangkan oleh Hegel (abad 19), prinsip : Deduksi (umum ke khusus) Tingkat kebenaran: kuat/lebih meyakinkan
-  Sesuatu itu benar jika ia mengandung yang koheren, artinya kebenaran itu konsisten dengan kebenaran yang sebelumnya
-  Kebenaran ialah kesesuaian antara suatu pernyataan dan pernyataan lainnya yang sudah lebih dahulu kita ketahui dan diakui benar.
-  Suatu kepercayaan adalah benar bukanlah karena bersesuaian dengan fakta melainkan ia bersesuaian atau berselarasan dengan binaan pengetahuan yang kita miliki
-  Matematika ialah bentuk pengetahuan yang penyusunannya dilakukan pembuktian berdasarkan teori koheren, plato dan aristoteles mengembangkan teoti koherensia berdasarkan pola pemikiran yang dipergunakan euclid dalam pengukuran ilmu ukurnya
2.  Teori Korespondensi (KEBENARAN FAKTUAL). Sesuatu itu benar jika ada yang dikonsepsikan sesuai dengan objeknya (fakta). Prinsip : Induksi (umum àkhusus) Tingkat kebenaran: agak rendah karena sifat metode induksi itu sendiri. Perumus :Bertrand Russel (1872 – 1970 ) awalnya adalah aristoteles
-Kebenaran itu dicapai setelah diadakan pengamatan dan pembuktian (observasi dan verifikasi)
-Kebenaran itu berupa kesesuaian (korespondensi) antara yang dimaksud oleh suatu pendapat dan apa yang sungguh-sungguh merupakan faktanya, Contoh : ”Ibu kota negara RI adalah Jakarta karena faktanya memang demikian, bila dikatakan Bandung maka itu tidaklah benar.
3.  teori Pragmatis
Pencetus : Charles S. Peirce (1835 – 1914) makalah tahun 1878” How to Make Our ideas Clear”. Para ahlinya : Willian james (1842 – 1910) John Dewey (1859 – 1952). Tingkat kebenaran : lemah karena ada unsur subyekti Sesuatu itu benar jika menimbulkan akibat positif Benar tidaknya suatu pendapat , teori atau dalil semata-mata tergantung pada berfaedah tidaknya pendapat tersebut bagi manusia untuk bertindak dalam penghidupannya, yaitu ada nilai praktis ada hasilnya, berguna , memuaskan (satisfies) berlaku (works).
Bagi pragmatis suatu agama bukan benar karena tuhan yang disembahnya atau Tuhan itu sungguh-sungguh ada, tetapi karena pengaruhnya yang positif dan berkat kepercayaan itu masyarakat jadi tertib.

2.10 SIKAP ILMIAH
Adalah sikap yang seharusnya dimiliki oleh setiap ilmuwan dalam melakukan tugasnya untuk mempelajari, meneruskan, menolak atau menerima serta merubah atau menambah suatu ilmu. Prof harsojo menyebutkan enam macam sikap ilmiah :
(1) Obyektivitas, dalam peninjauan yang penting adalah obyeknya
(2) Sikap serba relatif, ilmu tidak mempunyai maksud mencari kebenaran mutlak, ilmu berdasarkan kebenaran-kebenaran ilmiah atas beberapa postulat, secara a priori telah diterima sebagai suatu kebenaran. Malahan teori-teori dalam imlu sering untuk mematahkan teori yang lain
(3)  Sikap skeptis adalah sikap untuk selalu ragu-ragu terhadap pernyataan-pernyataan yang belum cukup kuat dasar-dasar pembuktiannya.
(4)  Kesabaran intelektual, sanggup menahan diri dan kuat untuk tidak menyerah pada tekanan agar dinyatakan suatu pendirian ilmiah , karena memang belum selesainya dan cukup lengkapnya hasil dari penelitian , adalah sikap seorang ilmuwan
(5) Kesederhanaan adalah sikap cara berfikir, menyatakan, dan membuktikan
(6) Sikap tidak memihak pada etik.

2.11 FUNGSI ILMU PENGETAHUAN
Drs R.B.S. FUDYARTANTA, dosen psikologi universitas gajah mada  menyebutkan 4 tujuan ilmu pengetahuan
(1) Fungsi deskriptif: menggambarkan ,melukiskan dan memaparkan suatu obyek atau masalah sehingga mudah dipelajari
(2) Fungsi pengembangan, menemukan hasil ilmu yang baru
(3) Fungsi prediksi, meramalkan kejadian yang besar kemungkinan terjadi sehingga dapat dicari tindakan percegahannya
(4) Fungsi Kontrol, mengendalikan peristiwa yang tidak dikehendaki.




2.12. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN
Filsafat adalah induk pengetahuan, filsafat adalah teori tentang kebenaran. Filsafat mengedepankan rasionalitas, pondasi awal dari segala macam disiplin ilmu yang ada. Filsafat juga bisa diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala sesuatunya secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal. Sehingga mencapai hakikat segala situasi tersebut.Filsafat bersifat spekulatif. Mendekati agak mutlak. Kebenaran dari filsafat kadang berupa keragu-raguan yang belum bisa dipastikan kebenarannya.
Secara singkat dapat dikatakan Filsafat adalah refleksi kritis yang radikal. Refleksi adalah upaya memperoleh pengetahuan yang mendasar atau unsur-unsur yang hakiki atau inti. Apabila ilmu pengetahuan mengumpulkan data empiris atau data fisis melalui observasi atau eksperimen, kemudian dianalisis agar dapat ditemukan hukum-hukumnya yang bersifat universal. Oleh filsafat hukum-hukum yang bersifat universal tersebut direfleksikan atau dipikir secara kritis dengan tujuan untuk mendapatkan unsur-unsur yang hakiki, sehingga dihasilkan pemahaman yang mendalam.
Sementara Ilmu pengetahuan adalah suatu hasil yang diperoleh oleh akal sehat, ilmiah, empiris dan logis. Ilmu adalah cabang pengetahuan yang berkembang pesat dari waktu ke waktu. Segala sesuatu yang berawal dari pemikiran logis dengan aksi yang ilmiah serta dapat dipertanggungjawabkan dengan sebuah bukti yang konkret. Harus mempercayai paradigma serta metode-metode yang jelas yang juga dikorelasikan dengan bukti yang empiris yang mampu diterapkan secara transparan. Kebenaran ilmu pengetahuan bersifat nisbi atau relative.
Ciri utama Ilmu adalah sebagian pengetahuan bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur, dan dibuktikan. Berbeda dengan iman, yaitu pengetahuan didasarkan atas keyakinan kepada yang gaib dan penghayatan serta pengalaman pribadi Berbeda dengan pengetahuan, ilmu tidak pernah mengartikan kepingan pengetahuan satu putusan tersendiri, sebaliknya ilmu menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke obyek [atau alam obyek] yang sama dan saling berkaitan secara logis. Karena itu, koherensi sistematik adalah hakikat ilmu.
Prinsip-prinsip obyek dan hubungan- hubungannya yang tercermin dalam kaitan-kaiatan logis yang dapat dilihat dengan jelas. Bahwa prinsip-prinsip logis yang dapat dilihat dengan jelas. Bahwa prinsip-prinsip metafisis obyek menyingkapkan dirinya sendiri kepada kita dalam prosedur ilmu secara lamban, didasarkan pada sifat khusus intelek kita yang tidak dapat dicarikan oleh visi ruhani terhadap realitas tetapi oleh berpikir Ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan masing-masing penalaran perorangan, sebab ilmu dapat memuat di dalamnya dirinya sendiri hipotesis- hipotesis dan teori- teori yang belum sepenuhnya dimantapan.
Ciri hakiki lainnya dari ilmu ialah metodologi, sebab kaitan logis yang dicari ilmu tidak dicapai dengan penggabungan tidak teratur dan tidak terarah dari banyak pengamatan ide yang terpisah-pisah. Sebaliknya, ilmu menuntut pengamatan dan berpikir metodis, tertata rapi. Alat Bantu metodologis yang penting adalah terminology ilmiah. Yang disebut belakangan ini mencoba konsep- konsep ilmu.
Sementara ciri filsafat menurut Jean Hendrik Rapar adalah berfikir radikal maksudnya berfikir ke akar-akarnya. Seorang filsuf tidak hanya terpaku pada suatu fenomena tertentu. Ia tidak pernah berhenti pada suatu wujud realitas tertentu. Ia terus berpikir sampai ke akar-akarnya. Seorang Filsuf tak habis-habisnya melanglangbuana dalam pemikiran. Pada akhirnya dari proses berpikir radikal dicapailah sebuah kebenaran.
Mencari asas yang hakiki dari semua realitas. Artinya mencari dasar atas segala sesuatu. Dulu di Yunani kuno ketika filsafat lahir yang biasa disebut masa pra Socratik, dari Thales hingga zeno. Para filsuf pra socratik menjangkarkan pemikirannya mencarai dasar alam semesta, sehingga mereka mendapat julukan pada prisma pemikirannya kosmosentris (berpusat pada alam). Semua filsuf pra socratik mencari asas yaitu dasar atau arche dari segala sesuatu. Dengan berpikir mencari asas ditemukan pembahasan yang menarik dari sesuatu partikular menuju sesuatu yang universal yang dijadikan dasar terjadinya Alam. Sehingga dapat ditemukan dasar dari sabuah masalah, meskipun hasil pemikirannya berbeda-beda. 
Memburu kebenaran juga merupakan aktifitas berfikir filsafat. Kebenaran yang diburu adalah kebenaran absolut tentang realitas dan setiap hal yang dipersoalkan. Walaupun pada kenyataannya dalam filsafat tidak mengenal kebenaran mutlak. Karena kebenaran yang ditawarkan filsuf sama-sama mempunyai dasar kuat, sejauh dapat dipertanggung jawabkan dengan rasional. Itu kiranya kenapa seorang filsuf perlu memburu kebenaran, sejatinya kebenaran sudah ada pada tempatnya. Bijak sekali Paul Natorp mengatakan “kebenaran maunya dinyatakan dan dibenarkan. Akan tetapi kebenaran tidak butuh itu. Karena apa yag dikatakan benar akan benar dan selamanya dibenarakan”.
Juga mencari kejelasan. Salah satu penyebab lahirnya berfikir filsafat adalah keragu-raguan. Untuk menghilangkan keraguan diperlukan kejelasan. Ada filsuf yang mengatakan bahwa berfilsafat berarti berupaya mendapatkan kejelasan dan penjelasan mengenai seluruh realitas. Jika sesuatu itu kabur, maka filsuf akan terus mencari kejelasan hingga sesuatu itu benar-benar jelas dan dapat dipertanggung jawabkan di hadapan logika. Jika sesuatu tidak ada dasarnya secara logika, kita harus lantang menolaknya. Jangan takut untuk menolak sesuatu yang tidak jelas. Karena ketidak jelasan selalu membawa manusia keranah kebingungan dan kebimbangan.
Yang terakhir berfikir rasional. Berfikir radikal, mencari kejelasan, memburu kebenaran, dan mencari asas tidak mungkin akan berhasil baik tanpa berfikir secara rasional. Berfikir rasioanal berarti berfikir, sistematis tidak serampangan, logis dan kritis. perlu ditekankan bahwa berfikir logis bukan hanya sekedar berfikir yang dapat diterima akal sehat saja, melainkan mampu menarik kesimpulan atau keputusan yang biasa di sebut konklusi dari sebuah premis, seperti silogisme Aristoteles yang biasa disebut deduksi dimana menarik kesimpulan dari premis mayor dan premis minor dalam melahirkan konklusi.

2.12.1 PERSAMAAN
·         Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki obyek selengkap- lengkapnya sampai ke-akar-akarnya.
·         Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara kejadian- kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-akibatnya
·         Keduanya hendak memberikan sistesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan
·         Keduanya mempunyai metode dan sistem
·         Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia [obyektivitas], akan pengetahuan yang lebih mendasar.

2.12.2 PERBEDAAN
·      Obyek material [lapangan] filsafat itu bersifat universal [umum], yaitu segala sesuatu yang ada [realita], sedangkan obyek material ilmu [pengetahuan ilmiah] itu bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secra kaku dan terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu
·      Obyek formal [sudut pandangan] filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu, obyek formal itu bersifatv teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita
·      Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjolkan daya spekulasi, kritis, dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial and error. Oleh karena itu, nilai ilmu terletak pada kegunaan pragmatis, sedangkan kegunaan filsafat timbul dari nilainnya
·      Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu Filsafat memberikan penjelasan yang terakhri, yang mutlak, dan mendalam sampai mendasar [primary cause] sedangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder [secondary cause]

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Filsafat berasal dari Griek berasal dari kata Pilos (cinta), Sophos (kebijaksanaan), tahu dengan mendalam, hikmah. Filsafat menurut term : ingin tahu dengan mendalam (cinta pada kebijaksanaan. Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran/ rasio belaka.
Karena filsafat mengambil peran penting dalam ilmu yang berubah bentuknya menjadi filsafat ilmu. Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Filsafat mengambil langkahnya ke berbagai disiplin ilmu. Karena dalam filsafat kita biasa menjumpai pandangan-pandangan tentang apa saja; kompleksitas, mendiskusikan dan menguji kesahihan dan akuntabilitas pemikiran serta gagasan-gagasan yang bisa dipertanggungjawabkan secara logis dan intelektual.
Secara bahasa ilmu dari bahasa Arab: ‘alima, ya’lamu, ‘ilman, yang berarti mengetahui atau tahu. Pengetahuan (knowledge) sendiri, lebih luas daripada ilmu (secience). Hendrik Rapar membagi pengetahuan menjadi tiga bagian; pengetahuan biasa (nir ilmiah dan pra ilmiah), pengetahuan sains dan pengetahuan filsafat. Jika dikatakan bahwa seseorang mengetahui sesuatu, itu berarti ia memiliki pengetahuan tentang sesuatu itu. Dengan demikian, pengetahuan adalah suatu kata yang digunakan untuk menunjuk kepada apa yang diketahui oleh seseorang tentang sesuatu.
Berbicara mengenai ilmu (sains) maka tidak akan terlepas dari filsafat. Tugas filsafat pengetahuan adalah menunjukkan bagaimana “pengetahuan tentang sesuatu sebagaimana adanya dengan cara mengakaji sedalam-dalamnya”. Tanpa filsafat, ilmu (sains) pun takkan berkembang lebih maju. Will Durant menggambarkan filsafat dapat ibaratkan pasukan marinir yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. Pasukan infanteri ini adalah sebagai pengetahuan yang diantaranya ada ilmu. Filsafatlah yang memenangkan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan. Setelah itu ilmulah yang membelah gunung dan merambah hutan, menyempurnakan kemenangan ini menjadi pengetahua yang dapat diandalkan. Setelah penyerahan dilakukan, maka filsafatpun pergi. Dia kemabali menjelajah laut lepas; berspekulasi dan meneretas. Gambaran itu jelas bahwa ilmu pengetahuan ketika sudah dapat dipikir secara empiris dan rasional sudah cukup sampai disitu. Ilmu pengetahuan hanya sanggup meneliti bagian-bagian kecil dari filsafat. Tidak universal sepeti filsafat, tidak seperti filsafat yang terus lepas mencari dan mencari.

DAFTAR PUSTAKA
Hanafi, Ahmad. 1990. Pengantar Filsafat Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Anwar, Ali. 2005. Rangkuman Ilmu Perbandingan Agama Dan Filsafat. Bandung: Pustaka
Setia.
Anshari, Endang Saifuddin. 1979. Ilmu Filsafat dan Agama. Surabaya: Bina ilmu.
Suriasumantri, Jujun. 1993. Filsafat ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka sinar Harapan.
Semiawan, Conny. 2005. Panorama Filsafat Ilmu landasan Perkembangan Ilmu Sepanjang Masa. Bandung: Mizan
Hendrik Rapar. 1996. Pengantar Filsafat. Jogjakarta: Kansius.
Baktiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Grasindo Persada
Bertens. 2006. sejarah filsafat. Jakarta: Kansius.
Majalah Percikan Iman No. 4 Tahun II April 2001
Majalah Percikan Iman No.6 Tahun I Desember 2000.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software

http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
by:Ivan Andrian
semoga bermanfaat.....hehe

0 komentar

Posting Komentar