BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Filsafat berasal dari
kata Pilos (cinta), Sophos (kebijaksanaan), tahu dengan mendalam, hikmah.
Filsafat menurut term : ingin tahu dengan mendalam (cinta pada kebijaksanaan)
Menurut Ciceros (106-43 SM), penulis Romawi orang yang pertama memakai
kata-kata filsafat adalah Phytagoras (497 SM), sebagai reaksi terhadap
cendikiawan pada masanya yang menamakan dirinya ”Ahli pengetahuan”, Phytagoras
mengatakan bahwa pengetahuan dalam artinya yang lengkap tidak sesuai untuk
manusia. Setiap orang yang mengalami kesukaran-kesukaran dalam memperolehnya
dan meskipun menghabiskan seluruh umurnya, namun ia tidak akan mencapai
tepinya. Jadi pengetahuan adalah perkara yang kita cari dan kita ambil sebagian
darinya tanpa mencakup keseluruhannya. Oleh karena itu, maka kita bukan ahli
pengetahuan, melainkan pencari dan pencinta pengetahuan
Menurut Prof, I.R.
PUDJAWIJATNA menerangkan juga ”Filo”artinya cinta dalam arti seluas-luasnya
yaitu ingin dan karena ingin itu selalu berusaha mencapai yang diinginkannya .
”Sofia artinya kebijaksanaan artinya pandai, mengerti dengan mendalam. Syekh
Mustafa abdurraziq, setelah meneliti pemakaian kata-kata filsafat dikalangan
muslim, maka berkesimpulan bahwa kata-kata hikmah dan hakim dalam bahasa arab
dipakai dalam arti ”filsafat dan filosof” dan sebaliknya, mereka mengatakan
hukama-ul-islam atau Falasifatul-islam. Hikmah adalah perkara tertinggi yang
bisa dicapai oleh manusia dengan melalui alat-alat tertentu, yaitu akal dan
metode-metode berfikirnya. Allah berfirman : QS Albaqorah (2) : 269 : Allah
memberikan hikmah kepada orang yang dikehendaki-Nya dan siapa yang diberikan
hikmat, Maka ia telah diberi kebaikan yang banyak sekali
Datangnya hikmah bukan
dari penglihatan saja, tetapi juga dari penglihatan dan hati, atau dengan kata
lain , dengan mata hati dan pikiran yang tertuju kepada alam yang ada
disekeling kita, banyak orang yang melihat tetapi tidak memperhatikan, karena
itu Allah mengajak kita untuk melihat dan berfikir: QS Adz Dzariyat (51) 20 21
Allah berfirman :” Pada bumi ada tanda-tanda (kebesaran Tuhan ) bagi orang yang
yakin, apakah kamu tidak mengetahui.
Konon orang pertama
yang menggunakan akal secara serius adalah Thales (Bapak filsafat) gelar ini
diterima karena ia mengajukan pertanyaan :”Apakah sebenarnya bahan alam semesta
ini? Ia menjawab ”Air” setelah itu silih berganti filisof zaman itu dan sesudah
itu mengajukan jawaban. Ada yang menjawab (1) Anaximandros (To Apeiron = asas
pertama, tak terbatas), (2) Anaximenes (udara) ,(3) Phytagoras (Bilangan, jiwa
kekal) .(4) Zeno realitas yang ada., Dari Thales sampai Zeno menganut paham
Monisme (kenyataan seluruh bersifat satu). Sedangkan dari Empedos hingga
Demokritos bersifat berlawanan dengan Monisme. (5) Empedokles menyatakan (6)
anasir /Rizomata: air , udara., api, tanah. (7) socrates (Kebenaran objektif) ,
(8) Plato ( idea) (9) aristoteles (penggerak pertama /a first cause or motion).
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut;
1.
Bagaimana pengertian filsafat?
2.
Bagaimana pengertian ilmu pengetahuan?
3.
Bagaimana perbedaan dan persamaan antara
filsafat dan ilmu pengetahuan?
1.3
Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian
filsafat
2. Untuk mengetahui pengertian
ilmu pengetahuan
3. Untuk mengetahui persamaan
dan perbedaan filsafat dan ilmu pengetahhuan.
1.4
Manfaat
1. Memberikan pemahaman
tentang filsafat
2. Memberikan pemahaman
tentang ilmu pengetahuan
3. Memberikan pemahaman
persamaan dan perbedaan filsafat dan
ilmu pengetahuan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN FILSAFAT
Orang yang berfilsafat
dapat diumpamakan sepertii seseorang yang berpijak di bumi sedang tengadah ke
bintang-bintang, ia ingin mengetahui hakikat dirinya dalam kesemestaan alam,
Karakteristiknya berfikir filsafat yang pertama adalah menyeluruh, yang kedua mendasar.
Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi
segala sesuatu berdasarkan pikiran/ rasio belaka.
a. Menurut
Harun Nasution filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dengan
bebas (tak terikat tradisi, dogma atau agama) dan dengan sedalam-dalamnya
sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan
b.
Menurut Plato( 427-347 SM) filsafat adalah pengetahuan tentang segala
yang ada
c.
Aristoteles (384-322 SM) yang merupakan murid Plato menyatakan filsafat menyelidiki
sebab dan asas segala benda.
d. Marcus
Tullius Cicero (106 – 43 SM) mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan
tentang sesuatu yang maha agung dan usaha untuk mencapainya.
e. Al Farabi
(wafat 950 M) filsuf muslim terbesar sebelum Ibn Sina menyatakan filsafat
adalah ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki
hakekat yang sebenarnya.
f. Immanuel
kant (1724 – 1804) menyatakan bahwa filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal
segala pengetahuan yang mencakup didalamnya 4 persoalan : yaitu (1) apakah yang
dapat kita ketahui (dijawab dengan Metafisika) ,(2) Apakah yang boleh kita
kerjakan (dijawab dengan etika), (3) Sampai dimanakah pengharapan kita (dijawab
dengan agama) (4) Apakah yang dinamakan manusia (dijawab dengan antropologi)
g.
Harold H.Titusmengemukakan 4 pengertian filsafat. adalah :
(1) satu sikap tentang hidup dan tentang alam
semesta(Philosophy is an attitude toward life and the universe)
(2) Filsafat adalah satu metode pemikiran reflektif
dan penyelidikan Akliah(Philosophy is a method of reflective thinking and
reasoned inquired)
(3) Filsafat adalah
satu perangkat masalah ( philosophy is a group pf problems)
(4) Fissafat ialah satu perangkat teori atau isi
pikiran (philosophy is a group of system of thouhg. .
h. Prof. Dr. Fuad Hassan guru besar psikologi
universitas indonesia menyimpulkan bahwa filsafat adalah suatu ikhtiar untuk
berfikir radikal dalam arti mulai dari radix suatu gejala dari akar suatu hal
yang hendak dimasalahkan, dan dengan jalan penjajagan yang radikal filsafat
berusaha untuk sampai kepada kesimpulan- kesimpulan yang universal
h. Al-
Farabimengatakan bahwa filsafat adalah mengetahui semua yang wujud karena ia
wujud.(al-ilm bil maujudat bimahiya maujudah). Tujuan terpenting mempelajari
filsafat adalah mengetahui tuhan, bahwa ia esa dan tidak bergerak, bahwa ia
memjadi sebab yang aktif bagi semua yang ada , bahwa ia mengatur alam ini
dengan kemurahan, kebijaksanaan dan keadilan-Nya, Seorang filosof atau al hakim
adalah orang yang mempunyai pengetahuan tentang zat yang ada dengan sendirinya
(al-wajibli-dzatihi), Wujud selain Allah , yaitu mahluk adalah wujud yang tidak
sempurna.
i.
Ikwanushafa bagi golongan ini, filsafat itu bertingkat-tingkat , pertama
cinta kepada ilmu, kemudian mengetahui hakikat wujud-wujud, menurut kesanggupan
manusia dan yang terakhir ialah berkata dan berbuat sesuai ilmum mengenai
lapangan filsafat diketahui ada 4 yaitu matematika, logika, fisika dan ilmu
ketuhanan. Sedang ilmu ketuhanan mempunyai bagian:1. mengenal Tuhan, 2 ilmu
kerohanian yaitu malaikat, 3. ilmu kejiwaan 4. Ilmu politik (politik kenabian, politij
pemerintahan, politik umum, politik khusus) 5. ilmu akherat. .
j. IBNUSINA
Pembagian filsafat bagi Ibnu sina pada pokoknya tidak berbeda dengan pembagian
yang sebelumnya, filsafat teori dan filsafat amalan. Filsafat ketuhanan menurut
Ibnu Sina adalah: 1. ilmu tentang turunnya wahyu dan mahluk-mahluk rohani yang
membawa wahyu itu, dengan demikian pula bagaimana cara wahyu itu disampaikan,
dati sesuatu yang bersifat rohani kepada sesuatu yang dapat dilihat dan
didengar. 2. ilmu akherat (Ma’ad) antara lain memperkenalkan kepada kita bahwa
manusia ini tidak dihidupkan lagi badannya, maka rohnya yang abadi itu akan mengalami
siksa dan kesenangan.
k.
AL-KINDI,diikalangan kaum muslimin , orang yang pertama memberikan
pengertian filsafat dan lapangannya adalah Al-kindi, ia membagi filsafat 3
bagian :(1)Thibiyyat (ilmu fisika) sebagi sesuatu yang berbenda (2)
al-ilm-ur-riyadli (matematika) terdiri dari ilmu hitung , tehnik, astronomi,
dan musik, berhubungan dengan benda tapi punya wujud sendiri, dan yang tertinggi
adalah (3) ilm ur-Rububiyyah (ilmu ketuhanan)/ tidak berhubungan dengan benda
sama sekali.
2.2
OBYEK FILSAFAT
1.
OBYEK MATERIA FILSAFAT
Ialah segala sesuatu
yang menjadi masalah filsafat , segala sesuatu yang dimasalahkan oleh atau
dalam filsafat. Tiga persoalan pokok (1) hakikat tuhan, (2) hakikat Alam dam
(3) hakikat manusia
2.
OBYEK FORMAL FILSAFAT, ialah usaha mencari keterangan secara radikal
(sedalam-dalamnya sampai keakarnya) tentang obyek materi filsafat
2.3
CABANG- CABANG FILSAFAT
(1) Epistemologi (filsafat pengetahuan)
(2) Etika (Filsafat Moral)
(3) Estetika (filsafat Seni)
(4) Matafisika
(5) Politik (Filsafat pemerintahan)
(6) Filsafat Agama
(7) Filsafat ilmu
(8) Filsafat Pendidikan
(9) Filsafat Hukum
10 Filsafat Sejarah
11 Filsafat matematika
2.4
MOTIVASI TIMBULNYA FILSAFAT
1. Dongeng ,
tahayyul (mite) ada yang kritis ingin tahu kebenaran mite itu (jaman awal
Yunani)
2. Keindahan
Makroskosmos , ingin tahu rahasia alam. Ketakjuban sikap lahir dalam bentuk
bertanya kebenaran/pertanyaan menjadi serius dan penyelidikan yang (bukan
sembarangan pertanyaan sistematis àfilosof Ultimate Question : contoh Thales ”
what is the nature of the world stuff?” (-) water is the basic principle of the
universe (+)
3. Penyebab
timbulnya pertanyaan adalah kesangsian Sangsi (ragu) : percaya, sangsi, tidak percayà
pikiran akan bekerja pikiran membentur-bentur menggelisahkan (problema).
2.5
PENGERTIAN ILMU PENGETAHUAN
Bicara pengetahuan maka
kita akan bicara tentang penalaran, kemampuan penalaran manusia menyebabkan
manusia mampu mengembangkan pengetahuan yang merupakan rahasia
kekuasaan-kekuasaannya. Manusia satu-satunya mahluk yang mengembangkan
pengetahuan secara sungguh-sungguh, Binatang hanya terbatas mempunyai
pengetahuan untuk kelangsungan hidupnya saja (survival). Hakikat penalaran
merupakan suatu proses berfikir dalam menarik kesimpulan yang berupa
pengetahuan. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan
berfikir dan bukan karena perasaan, meskipun kata pascal, hatipun mempunyai
logika sendiri.
Sebagai sebuah kegiatan
berfikir maka penalaran mempunyai ciri-ciri, pertama logika , ialah suatu pola
berfikir yang secara luas. Dengan pola yang bersifat Jamak (plural) dan bukan
tunggal (singular). Kedua ciri penalaran adalah bersifat analitik proses
berfikir ( berfikir yang menyandarkan kepada suatu analisis dan kerangka
berfikir yang digunakan untuk analisis).
2.6
PENGERTIAN ILMU
Ilmu berasal dari kata
”alima(bahasa arab) yang berarti tahu, jadi ilmu maupun science secara
etimologis berarti pengetahuan. Scienceberasal dari kata scio, scire (bahasa
latin yang artinnya tahu). Secara terminologis ilmu dan science punya
pengertian yang sama yaitu pengetahuan. yang punya ciri-ciri: Ralfh Ross dan
ernest Van Den Haag menulis bahwa ilmu itu empirical, rasional, yang umum dan
bertimbun bersusun dan ke empatnya serentak.(endang hal 45). Mohamad hatta
menuliskan : tiap-tiap ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum
kausal dalam satu golongan masalah yang sama tabit maupun kedudukannya tampak
dari luar. Maupun menurut bangunannya dari dalam.
Prof. Drs Harsojo, Guru
besar antropologi di universitas Pajajaran menerangkan bahwa ilmu adalah
akumulasi pengetahuan yang sistematis, suatu pendekatan atau metode pendekatan
terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan
waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati, oeh pancaindra. Suatu cara
menganalisa yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu
proporsi bentuk Ilmu adalah hal-hal yang diketahui (keseluruhan dari
kebenaran-kebenaran yang terkait antara satu dengan yang lainnya secara
sistematis Ilmu menurut Ralp Ross ”science empirical , rational, general and
cumulative and is all four once ( ilmu itu empiris , rasional, umum dan
bertimbun bersusun dan semuanya serentak. Ilmu -sensation -Logika -verification
empiric-hipotesis -proposition -teory -experiment .
Bagi ilmu tidak cukup
perenungan dan pencaman (pendalaman berfikir saja) melainkan mesti berkembang
melalui pencerapan indraan dan [engindraan (sensasion), pengumpulan dan
perbandingan data, penilaian jumlah berupa perhitungan, penimbangan,
pengukuran, meningkat dari data tentang hal-hal khusus pada yang khusus ( deduksi),
menarik kias analogi antara peristiwa yang ada kesamaannya serta berfikir
dengan menarik kesimpulan yang logical, yang dapat dipertanggung jawabkan oleh
logika., Pengujian berupa pengalaman positif (verification) secara empiric
,ujian ini disebut percobaan (experiment). Percobaan harus bersifat obyektif
yakni menghasilkan kesimpulan yang sama, meskipun dilakukan oleh berbagai
kalangan. Praduga (hipotesis) hanyalah titik tolak pertama yang mesti diubah
dan diganti kalau ternyata ada kekurangannya atau salah. Berdasarkan ujian yang
keras dari pengalaman, setelah dinyatakan kebenarannya yang obyektif barulah
sesuatu itu disebut dalil (proposition), kumpulan dalil itu disebut teori.
2.7
SIFAT-SIFAT ILMU
1. RASIONAL:
proses pemikiran yang berlangsung dalam ilmu itu harus dan hanya tunduk pada
hukum-hukum logika.
2. EMPIRIS :
kesimpulan yang didapatnya harus dapat ditundukkan pada verifikasi pancaindra
manusia.
3. SISTEMATIS : fakta yang relevan itu harus disusun
dalam suatu kebulatan yang konsisten
4. UMUM : harus dapat dipelajari oleh
setiap orang, tidak bersifat esoterik
5. AKUMULATIF : Kebenaran yang diperoleh selalu
dapat dijadikan dasar untuk memperoleh kebenaran yang baru
2.8
METODE ILMU
·
Metode Ilmiah : prosedur yang ditempuh
dalam mendapatkan ilmu
·
Metodologi : prosedur -logika-hipotesis-pembuktian
·
Logika : terdiri dari perumusan masalah
: (1)latar belakang masalah ,(2)perumusan, (3) kerangka pemikiran
·
Hipotesis : (1) pengajuan hipotesis, (2)
Observasi pembuktian (3) prosedur penelitian (4) Pengujian hipotesis (5)
kesimpulan
Keterangan:
§ Logika
: ialah suatu pola berfikir yang secara luas.
§ Hipotesa
adalah teori sementara , masih mencari data dan melihat apakah teori sementara
ini benar atau salah
2.9 TEORI TENTANG KEBENARAN
1. Teori
Konsistensi: teori kebenaran saling berhubungan koheren, (KEBENARAN RASIO). Perumusan
: Phytagoras dikembangkan oleh Hegel (abad 19), prinsip : Deduksi (umum ke khusus)
Tingkat kebenaran: kuat/lebih meyakinkan
- Sesuatu itu
benar jika ia mengandung yang koheren, artinya kebenaran itu konsisten dengan
kebenaran yang sebelumnya
- Kebenaran
ialah kesesuaian antara suatu pernyataan dan pernyataan lainnya yang sudah
lebih dahulu kita ketahui dan diakui benar.
- Suatu
kepercayaan adalah benar bukanlah karena bersesuaian dengan fakta melainkan ia
bersesuaian atau berselarasan dengan binaan pengetahuan yang kita miliki
- Matematika
ialah bentuk pengetahuan yang penyusunannya dilakukan pembuktian berdasarkan
teori koheren, plato dan aristoteles mengembangkan teoti koherensia berdasarkan
pola pemikiran yang dipergunakan euclid dalam pengukuran ilmu ukurnya
2. Teori Korespondensi
(KEBENARAN FAKTUAL). Sesuatu itu benar jika ada yang dikonsepsikan sesuai
dengan objeknya (fakta). Prinsip : Induksi (umum àkhusus) Tingkat kebenaran:
agak rendah karena sifat metode induksi itu sendiri. Perumus :Bertrand Russel
(1872 – 1970 ) awalnya adalah aristoteles
-Kebenaran itu dicapai setelah diadakan pengamatan
dan pembuktian (observasi dan verifikasi)
-Kebenaran itu berupa kesesuaian (korespondensi)
antara yang dimaksud oleh suatu pendapat dan apa yang sungguh-sungguh merupakan
faktanya, Contoh : ”Ibu kota negara RI adalah Jakarta karena faktanya memang
demikian, bila dikatakan Bandung maka itu tidaklah benar.
3.
teori Pragmatis
Pencetus : Charles S.
Peirce (1835 – 1914) makalah tahun 1878” How to Make Our ideas Clear”. Para ahlinya
: Willian james (1842 – 1910) John Dewey (1859 – 1952). Tingkat kebenaran :
lemah karena ada unsur subyekti Sesuatu itu benar jika menimbulkan akibat
positif Benar tidaknya suatu pendapat , teori atau dalil semata-mata tergantung
pada berfaedah tidaknya pendapat tersebut bagi manusia untuk bertindak dalam
penghidupannya, yaitu ada nilai praktis ada hasilnya, berguna , memuaskan
(satisfies) berlaku (works).
Bagi pragmatis suatu
agama bukan benar karena tuhan yang disembahnya atau Tuhan itu sungguh-sungguh
ada, tetapi karena pengaruhnya yang positif dan berkat kepercayaan itu
masyarakat jadi tertib.
2.10
SIKAP ILMIAH
Adalah sikap yang seharusnya dimiliki
oleh setiap ilmuwan dalam melakukan tugasnya untuk mempelajari, meneruskan,
menolak atau menerima serta merubah atau menambah suatu ilmu. Prof harsojo
menyebutkan enam macam sikap ilmiah :
(1) Obyektivitas, dalam peninjauan yang
penting adalah obyeknya
(2) Sikap serba relatif, ilmu tidak mempunyai maksud
mencari kebenaran mutlak, ilmu berdasarkan kebenaran-kebenaran ilmiah atas
beberapa postulat, secara a priori telah diterima sebagai suatu kebenaran.
Malahan teori-teori dalam imlu sering untuk mematahkan teori yang lain
(3) Sikap
skeptis adalah sikap untuk selalu ragu-ragu terhadap pernyataan-pernyataan yang
belum cukup kuat dasar-dasar pembuktiannya.
(4) Kesabaran
intelektual, sanggup menahan diri dan kuat untuk tidak menyerah pada tekanan
agar dinyatakan suatu pendirian ilmiah , karena memang belum selesainya dan
cukup lengkapnya hasil dari penelitian , adalah sikap seorang ilmuwan
(5) Kesederhanaan adalah sikap cara
berfikir, menyatakan, dan membuktikan
(6) Sikap tidak memihak pada etik.
2.11
FUNGSI ILMU PENGETAHUAN
Drs R.B.S. FUDYARTANTA,
dosen psikologi universitas gajah mada menyebutkan
4 tujuan ilmu pengetahuan
(1) Fungsi deskriptif: menggambarkan ,melukiskan dan
memaparkan suatu obyek atau masalah sehingga mudah dipelajari
(2) Fungsi pengembangan, menemukan hasil
ilmu yang baru
(3) Fungsi prediksi, meramalkan kejadian yang besar
kemungkinan terjadi sehingga dapat dicari tindakan percegahannya
(4) Fungsi Kontrol, mengendalikan
peristiwa yang tidak dikehendaki.
2.12.
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN
Filsafat adalah induk
pengetahuan, filsafat adalah teori tentang kebenaran. Filsafat mengedepankan
rasionalitas, pondasi awal dari segala macam disiplin ilmu yang ada. Filsafat
juga bisa diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan
segala sesuatunya secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal. Sehingga
mencapai hakikat segala situasi tersebut.Filsafat bersifat spekulatif.
Mendekati agak mutlak. Kebenaran dari filsafat kadang berupa keragu-raguan yang
belum bisa dipastikan kebenarannya.
Secara
singkat dapat dikatakan Filsafat adalah refleksi kritis yang radikal. Refleksi
adalah upaya memperoleh pengetahuan yang mendasar atau unsur-unsur yang hakiki
atau inti. Apabila ilmu pengetahuan mengumpulkan data empiris atau data fisis
melalui observasi atau eksperimen, kemudian dianalisis agar dapat ditemukan
hukum-hukumnya yang bersifat universal. Oleh filsafat hukum-hukum yang
bersifat universal tersebut direfleksikan atau dipikir
secara kritis dengan tujuan
untuk mendapatkan unsur-unsur yang hakiki, sehingga dihasilkan pemahaman yang
mendalam.
Sementara Ilmu pengetahuan adalah
suatu hasil yang diperoleh oleh akal sehat, ilmiah, empiris dan logis. Ilmu
adalah cabang pengetahuan yang berkembang pesat dari waktu ke waktu. Segala
sesuatu yang berawal dari pemikiran logis dengan aksi yang ilmiah serta dapat
dipertanggungjawabkan dengan sebuah bukti yang konkret. Harus mempercayai
paradigma serta metode-metode yang jelas yang juga dikorelasikan dengan bukti
yang empiris yang mampu diterapkan secara transparan. Kebenaran ilmu
pengetahuan bersifat nisbi atau relative.
Ciri utama Ilmu adalah sebagian
pengetahuan bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur, dan
dibuktikan. Berbeda dengan iman, yaitu pengetahuan didasarkan atas keyakinan
kepada yang gaib dan penghayatan serta pengalaman pribadi Berbeda dengan
pengetahuan, ilmu tidak pernah mengartikan kepingan pengetahuan satu putusan
tersendiri, sebaliknya ilmu menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke
obyek [atau alam obyek] yang sama dan saling berkaitan secara logis. Karena itu,
koherensi sistematik adalah hakikat ilmu.
Prinsip-prinsip obyek dan hubungan-
hubungannya yang tercermin dalam kaitan-kaiatan logis yang dapat dilihat dengan
jelas. Bahwa prinsip-prinsip logis yang dapat dilihat dengan jelas. Bahwa
prinsip-prinsip metafisis obyek menyingkapkan dirinya sendiri kepada kita dalam
prosedur ilmu secara lamban, didasarkan pada sifat khusus intelek kita yang
tidak dapat dicarikan oleh visi ruhani terhadap realitas tetapi oleh berpikir
Ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan masing-masing
penalaran perorangan, sebab ilmu dapat memuat di dalamnya dirinya sendiri
hipotesis- hipotesis dan teori- teori yang belum sepenuhnya dimantapan.
Ciri hakiki lainnya dari ilmu ialah
metodologi, sebab kaitan logis yang dicari ilmu tidak dicapai dengan
penggabungan tidak teratur dan tidak terarah dari banyak pengamatan ide yang
terpisah-pisah. Sebaliknya, ilmu menuntut pengamatan dan berpikir metodis,
tertata rapi. Alat Bantu metodologis yang penting adalah terminology ilmiah.
Yang disebut belakangan ini mencoba konsep- konsep ilmu.
Sementara ciri filsafat menurut Jean Hendrik Rapar adalah berfikir radikal maksudnya berfikir ke akar-akarnya. Seorang filsuf tidak
hanya terpaku pada suatu fenomena tertentu. Ia tidak pernah berhenti pada suatu
wujud realitas tertentu. Ia terus berpikir sampai ke akar-akarnya. Seorang
Filsuf tak habis-habisnya melanglangbuana dalam pemikiran. Pada akhirnya dari
proses berpikir radikal dicapailah sebuah kebenaran.
Mencari asas yang hakiki dari semua realitas. Artinya
mencari dasar atas segala sesuatu. Dulu di Yunani kuno ketika filsafat lahir
yang biasa disebut masa pra Socratik, dari Thales hingga zeno. Para filsuf pra
socratik menjangkarkan pemikirannya mencarai dasar alam semesta, sehingga
mereka mendapat julukan pada prisma pemikirannya kosmosentris (berpusat pada alam). Semua filsuf pra socratik
mencari asas yaitu dasar atau arche
dari segala sesuatu. Dengan berpikir mencari asas ditemukan pembahasan yang
menarik dari sesuatu partikular menuju sesuatu yang universal yang dijadikan
dasar terjadinya Alam. Sehingga dapat ditemukan dasar dari sabuah masalah,
meskipun hasil pemikirannya berbeda-beda.
Memburu kebenaran juga merupakan aktifitas berfikir
filsafat. Kebenaran yang diburu adalah kebenaran absolut tentang realitas dan
setiap hal yang dipersoalkan. Walaupun pada kenyataannya dalam filsafat tidak
mengenal kebenaran mutlak. Karena kebenaran yang ditawarkan filsuf sama-sama
mempunyai dasar kuat, sejauh dapat dipertanggung jawabkan dengan rasional. Itu
kiranya kenapa seorang filsuf perlu memburu kebenaran, sejatinya kebenaran
sudah ada pada tempatnya. Bijak sekali Paul Natorp mengatakan “kebenaran maunya
dinyatakan dan dibenarkan. Akan tetapi kebenaran tidak butuh itu. Karena apa
yag dikatakan benar akan benar dan selamanya dibenarakan”.
Juga mencari
kejelasan. Salah satu penyebab lahirnya berfikir filsafat adalah
keragu-raguan. Untuk menghilangkan keraguan diperlukan kejelasan. Ada filsuf
yang mengatakan bahwa berfilsafat berarti berupaya mendapatkan kejelasan dan
penjelasan mengenai seluruh realitas. Jika sesuatu itu kabur, maka filsuf akan
terus mencari kejelasan hingga sesuatu itu benar-benar jelas dan dapat
dipertanggung jawabkan di hadapan logika. Jika sesuatu tidak ada dasarnya
secara logika, kita harus lantang menolaknya. Jangan takut untuk menolak
sesuatu yang tidak jelas. Karena ketidak jelasan selalu membawa manusia keranah
kebingungan dan kebimbangan.
Yang terakhir berfikir rasional.
Berfikir radikal, mencari kejelasan, memburu kebenaran, dan mencari asas tidak
mungkin akan berhasil baik tanpa berfikir secara rasional. Berfikir rasioanal
berarti berfikir, sistematis tidak serampangan, logis dan kritis. perlu
ditekankan bahwa berfikir logis bukan hanya sekedar berfikir yang dapat
diterima akal sehat saja, melainkan mampu menarik kesimpulan atau keputusan
yang biasa di sebut konklusi dari sebuah premis, seperti silogisme Aristoteles
yang biasa disebut deduksi dimana menarik kesimpulan dari premis mayor dan
premis minor dalam melahirkan konklusi.
2.12.1 PERSAMAAN
·
Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki
obyek selengkap- lengkapnya sampai ke-akar-akarnya.
·
Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau
koheren yang ada antara kejadian- kejadian yang kita alami dan mencoba
menunjukkan sebab-akibatnya
·
Keduanya hendak memberikan sistesis, yaitu suatu pandangan
yang bergandengan
·
Keduanya mempunyai metode dan sistem
·
Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan
seluruhnya timbul dari hasrat manusia [obyektivitas], akan pengetahuan yang
lebih mendasar.
2.12.2 PERBEDAAN
·
Obyek material [lapangan] filsafat itu bersifat universal
[umum], yaitu segala sesuatu yang ada [realita], sedangkan obyek material ilmu
[pengetahuan ilmiah] itu bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu hanya
terfokus pada disiplin bidang masing-masing secra kaku dan terkotak-kotak,
sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu
·
Obyek formal [sudut pandangan] filsafat itu bersifat non
fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara
luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik,
dan intensif. Di samping itu, obyek formal itu bersifatv teknik, yang berarti
bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita
·
Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang
menonjolkan daya spekulasi, kritis, dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah
diadakan riset lewat pendekatan trial and error. Oleh karena itu, nilai ilmu
terletak pada kegunaan pragmatis, sedangkan kegunaan filsafat timbul dari
nilainnya
·
Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam
berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat
diskursif, yaitu menguraikan secara logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi
tahu Filsafat memberikan penjelasan yang terakhri, yang mutlak, dan mendalam
sampai mendasar [primary cause] sedangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab yang
tidak begitu mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder [secondary cause]
BAB
III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Filsafat berasal dari
Griek berasal dari kata Pilos (cinta), Sophos (kebijaksanaan), tahu dengan
mendalam, hikmah. Filsafat menurut term : ingin tahu dengan mendalam (cinta
pada kebijaksanaan. Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang
sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran/ rasio belaka.
Karena filsafat mengambil peran penting dalam ilmu
yang berubah bentuknya menjadi filsafat ilmu. Filsafat ilmu merupakan bagian
dari epistemologi (filsafat
pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu
(pengetahuan ilmiah). Filsafat mengambil langkahnya ke berbagai disiplin ilmu.
Karena dalam filsafat kita biasa menjumpai pandangan-pandangan tentang apa
saja; kompleksitas, mendiskusikan dan menguji kesahihan dan akuntabilitas
pemikiran serta gagasan-gagasan yang bisa dipertanggungjawabkan secara logis
dan intelektual.
Secara bahasa ilmu dari bahasa Arab: ‘alima,
ya’lamu, ‘ilman, yang berarti mengetahui atau tahu. Pengetahuan (knowledge) sendiri, lebih luas daripada
ilmu (secience). Hendrik Rapar
membagi pengetahuan menjadi tiga bagian; pengetahuan biasa (nir ilmiah dan pra
ilmiah), pengetahuan sains dan pengetahuan filsafat. Jika dikatakan bahwa
seseorang mengetahui sesuatu, itu berarti ia memiliki pengetahuan tentang sesuatu itu. Dengan demikian, pengetahuan adalah suatu kata yang
digunakan untuk menunjuk kepada apa yang diketahui oleh seseorang tentang
sesuatu.
Berbicara mengenai ilmu
(sains) maka tidak akan terlepas dari filsafat. Tugas filsafat pengetahuan adalah
menunjukkan bagaimana “pengetahuan tentang sesuatu sebagaimana adanya dengan
cara mengakaji sedalam-dalamnya”. Tanpa filsafat, ilmu (sains) pun takkan
berkembang lebih maju. Will Durant menggambarkan filsafat dapat ibaratkan
pasukan marinir yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. Pasukan
infanteri ini adalah sebagai pengetahuan yang diantaranya ada ilmu. Filsafatlah
yang memenangkan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan. Setelah itu ilmulah
yang membelah gunung dan merambah hutan, menyempurnakan kemenangan ini menjadi
pengetahua yang dapat diandalkan. Setelah penyerahan dilakukan, maka
filsafatpun pergi. Dia kemabali menjelajah laut lepas; berspekulasi dan
meneretas. Gambaran itu jelas bahwa ilmu pengetahuan ketika sudah dapat dipikir
secara empiris dan rasional sudah cukup sampai disitu. Ilmu pengetahuan hanya
sanggup meneliti bagian-bagian kecil dari filsafat. Tidak universal sepeti
filsafat, tidak seperti filsafat yang terus lepas mencari dan mencari.
DAFTAR
PUSTAKA
Hanafi, Ahmad. 1990. Pengantar Filsafat Islam. Jakarta: Bulan
Bintang.
Anwar, Ali. 2005. Rangkuman Ilmu Perbandingan Agama Dan Filsafat. Bandung: Pustaka
Setia.
Anshari, Endang Saifuddin. 1979. Ilmu Filsafat dan Agama. Surabaya: Bina
ilmu.
Suriasumantri, Jujun. 1993. Filsafat ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka sinar
Harapan.
Semiawan, Conny. 2005. Panorama Filsafat Ilmu landasan Perkembangan Ilmu Sepanjang Masa.
Bandung: Mizan
Hendrik Rapar. 1996. Pengantar Filsafat. Jogjakarta: Kansius.
Baktiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Grasindo Persada
Bertens. 2006. sejarah filsafat. Jakarta: Kansius.
Majalah Percikan Iman No. 4 Tahun II
April 2001
Majalah Percikan Iman No.6 Tahun I
Desember 2000.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For
evaluation only.
by:Ivan Andrian
semoga bermanfaat.....hehe
0 komentar
Posting Komentar